Marhaban ya ramadhan
Oleh: M. Harun al-Rasyid Ramadhana
“Sekiranya manusia mengetahui
kebaikan-kebaikan yang terdapat di bulan Ramadhan, tentulah mereka mengharapkan
agar seluruh bulan adalah bulan Ramadhan” [HR. Ibnu Huzaimah]
Sesungguhnya shaum bulan
Ramadhan merupakan salah satu syiar yang menyatukan kaum muslim, dan
mengingatkan mereka bahwa Rabb mereka adalah satu, agama mereka pun satu,
kiblat mereka sama, dan tujuan mereka juga satu. Lebih dari itu, Ramadhan
semakin mengokohkan bahwa mereka adalah umat yang satu, berbeda dengan umat
manusia lainnya. Juga, mengingatkan mereka bahwa umat yang berakar ini tidak
boleh tetap dalam keterpecahbelahan menjadi lebih dari lima puluh negara boneka
kecil-kecil. Tidak boleh juga tetap tanpa Khilafah yang menyatukan mereka,
serta tidak boleh terus menerus tanpa penerapan syariat Islam yang menjadikan
merekamulia dan bahagia.
Dengan datangnya bulan Ramadhan yang
diberkati maka lebih pantas bagi kaum Muslim sejenak berdiam diri sebagaimana
dilakukan di setiap bulan Ramadhan, untuk melakukan koreksi (muhasabah)
dan pengkajian. Koreksilah diri kita sendiri sebelum kita dihisab oleh Allah
SWT. Apa andil masing-masing kita yang sudah diberikan terhadap Islam hingga
saat ini? Apakah telah berupaya menghidupkan hukum-hukum Islam yang telah
hilang? Apakah mematikan bid’ah dan menghidupkan Sunnah? Apakah telah melakukan
amar ma’ruf nahi munkar? Apakah turut mengemban dakwah Islam serta bergabung
dalam aktivitas untuk mengembalikan Khilafah Islamiyah? Atau kita ridha dengan
kondisi dan aktivitas yang sebaliknya? Dan apakah kita berdiam diri dari
aktivitas untuk menerapkan syariat Islam seraya ridha hidup dibawah syariat
(hukum) kufur?
Umat Islam pada tahun ini merasa ditekan dan
didzalimi lebih keras lagi dibandingkan dengan waktu sebelumnya. Pada saat yang
sama diri umat merasakan tidak ada yang dapat melepaskannya dari keburukan yang
menimpanya selain Allah SWT. Umat merasa, kini semua pihak telah mengerumuninya
dan dengan rakus merobek dan memakan dagingnya. Hal itu telah diuraikan dan
disinggung oleh Rasulullah Saw.:
Kelak, bangsa-bangsa lain akan memperebutkan kalian,
sebagaimana (mereka) memperebutkan makanan untuk meremukannya. [HR. Abu Daud dari Tsauban].
Setelah muhasabah ini, kaum Muslim wajib
mengkaji kondisi mereka saat ini, lalu membandingkannya dengan kondisi yang
mereka alami pada Ramadhan sebelumnya. Mengkaji hal-hal yang menguatkan dan
yang melemahkan. Memahami unsur-unsur yang mampu meninggikan, memuliakan dan
membangkitkan yang bisa mendorong cita-cita, bahwasanya pertolongan Allah itu
adalah dekat. Dan unsur-unsur kemunduran, kehinaan dan keterpurukan yang
memperpanjang sampainya pada keberhasilan, bahkan menjadi penghalang jalan
kesuksesan. Umat wajib mencermati sebab-sebab tersebut hingga mereka dapat
menghindari sebab-sebab kelemahan dan kehinaan mereka, atau menghalangi
datangnya pertolongan Allah atas mereka. Lalu, mengambil sebab-sebab yang bisa
menguatkan, meninggikan dan memuliakan tadi.
Allah telah mewajibkan kita shaum agar kita menjadi hamba-hamba
Allah yang bertakwa. Firman Allah SWT.:
Hai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kamu berpuasa
sebagaimana diwajibkan atas orang-orang sebelum kamu agar kamu bertakwa. (Qs. al-Baqarah[2]: 183).
Allah telah menentukan hikmah bagi orang yang berpuasa,
yaitu takwa. Takwa seperti yang didefinisikan oleh sebagian Salafus Shâlih
adalah: Takut kepada Allah Yang Maha Agung (al Jalîl), menerapkan wahyu yang
diturunkan (at Tanzîl), dan mempersiapkan diri terhadap hari
keberangkatan/kematian (ar Rahîl). Takut kepada Allah mampu menjadikan
seorang individu dekat dengan Allah dan tunduk kepada-Nya. Ia diselimuti oleh
suasana penuh keimanan kuat. Ketahuilah, bahwa peperangan terbesar yang pertama
didalam Islam adalah perang Badar yang dilakukan kaum Muslim pada bulan
Ramadhan, ketika perasaan mereka diliputi oleh taqarrub kepada Allah.
Berkenaan dengan itu Allah berfirman:
Diwajibkan atas kamu berperang, padahal berperang itu adalah
sesuatu yang kamu benci. Boleh jadi kamu membenci sesuatu, padahal ia amat baik
bagimu, dan boleh jadi (pula) kamu menyukai sesuatu padahal ia amat buruk
bagimu. Allah mengetahui sedang kamu tidak mengetahui. (Qs. al-Baqarah[2]: 216).
Akan tetapi para sahabat ra telah memikul beban yang berat itu
dengan rasa senang dan gembira. Dalam hal ini para sahabat ra merupakan sosok
terbaik yang patut ditauladani. Mereka adalah generasi terbaik dari umat terbaik
yang diturunkan untuk seluruh manusia ini. Puasanya mereka tidak menghalanginya
untuk menjalankan kewajiban-kewajiban yang amat berat, seperti berperang dan
jenis-jenis perbuatan berat lagi mulia lainnya. Bahkan hal tersebut makin
mendekatkan diri mereka kepada Allah, dan menambah dorongan pada mereka untuk
berkorban, baik harta ataupun yang lain. Demikianlah sejarah telah mencatat
perang Badar Kubra terjadi pada bulan Ramadhan, begitu juga penaklukkan kota
Makkah al-Mukarramah terjadi di bulan yang diberkati ini.
Para sahabat ra memahami bahwa Allah telah
mewajibkan shaum Ramadhan atas kaum Muslim, serta menjadikannya sebagai bulan
untuk berlomba-lomba melakukan amal kebaikan dan amal shaleh. Mereka sangat
memegang teguh sabda Rasulullah Saw.:
Telah datang kepada kalian bulan Ramadhan, bulan yang diberkati.
Allah membukakan (dan menurunkan) untuk kalian rahmat, mengosongkan
(menghapuskan) kesalahan-kesalahan, mengabulkan doa. Allah Swt melihat
persaingan kalian, dan para Malaikat menyenangi kalian. Allah akan menyirami
kalian dengan kebaikan. Dan sungguh celaka siapa saja yang telah diharamkan
atasnya rahmat Allah ‘azza wa jalla. [HR. Thabrani dari Ubadah bin Shamit].
Itulah yang diraih oleh orang-orang yang takwa dari generasi salaf
umat ini berupa keagungan dan kemuliaan dari Allah atas amal mereka. Dan hal
itu termaktub didalam al-Qur’an dan Sunnah Rasulullah saw. Ketahuilah bahwa
pertolongan/kemenangan yang Allah janjikan terhadap mereka terjadi di bulan
Ramadhan, berupa kemenangan/pertolongan yang amat besar, yaitu penaklukkan kota
Makkah. Itulah yang diceritakan Allah di dalam Kitab-Nya yang mulia:
Apabila telah datang pertolongan Allah dan kemenangan, dan kamu
lihat manusia masuk agama Allah dengan berbondong-bondong. (Qs. an-Nashr [110]: 1-2).
Dan firman-Nya
pula:
Dan Allah menolong kamu terhadap mereka serta melegakan hati
orang-orang yang beriman.
(Qs. at-Taubah [9]: 14).
Demikianlah, hal ini merupakan pelajaran bahwa Allah SWT menolong
orang-orang yang menolong-Nya, yakni Dia menolong orang-orang yang berpegang
teguh kepada dîn-Nya.
Turunya al-Qur’an
Allah SWT telah menurunkan kepada kalian al-Qur’an di bulan
Ramadhan. Allah memberi petunjuk melalui al-Qur’an tersebut siapa saja yang
mengikutinya, dan menyesatkan siapa saja yang menyimpang darinya. Di dalam al-Qur’an
itu terdapat petunjuk, dan penjelas dari petunjuk (berisi keterangan-keterangan
tentang hukum), dan pembeda (antara haq dan batil). Allah berfirman:
Bulan Ramadhan, bulan yang di dalamnya diturunkan (permulaan)
al-Qur’an, sebagai petunjuk bagi manusia dan penjelasan-penjelasan mengenai
petunjuk itu dan pembeda (antara yang haq dan yang bathil). (Qs. al-Baqarah [2]: 185).
Lebih dari itu Allah telah menjelaskan segala sesuatu hingga tidak
ada satu masalah pun -meski masalah itu senantiasa muncul dan jenisnya
bermacam-macam- kecuali ada hukumnya. Allah berfirman:
Dan Kami turunkan kepadamu al-Kitab (al-Qur’an) untuk menjelaskan
segala sesuatu. (Qs.
an-Nahl [16]: 89).
Allah telah mensyariatkan Islam kepada Muhammad saw sebagai
satu-satunya agama yang benar, bukan seperti yang disangka oleh kaum kafir.
Islam adalah agama yang mengatur hubungan manusia dengan Rabb-nya, yang
mengatur hubungan dengan dirinya sendiri, dan yang mengatur hubungannya dengan
sesama makhluk baik manusia maupun makhluk lainnya. Aktivitas menerapkan wahyu
yang diturunkan termasuk penerapan hukum-hukum syariat (Islam) secara total di
berbagai aspek kehidupan manusia, baik individu, kelompok maupun negara
merupakan penyebab hakiki untuk kemuliaan Islam dan kaum muslim. Dan, didalam
penerapan itulah terdapat keagungan dan kewibawaan mereka di depan musuh-musuhnya.
Allah berfirman:
Padahal kekuatan (kemuliaan) itu hanyalah bagi Allah, bagi
Rasul-Nya dan bagi orang-orang mukmin, akan tetapi orang-orang munafik itu
tiada mengetahui. (Qs.
al-Munafiqun [63]: 8).
Sebaliknya, jauhnya kaum muslim dari Islam dan hukum-hukumnya,
itulah penyebab hakiki kelemahan mereka, ketertinggalan dan kenestapaannya.
Firman Allah:
Dan barangsiapa berpaling dari peringatan-Ku, maka sesungguhnya
baginya penghidupan yang sempit, dan Kami akan menghimpunkannya pada hari
kiamat dalam keadaan buta.
(Qs. Tha’ha [20]: 124).
Sekarang kaum muslim telah sadar bahwa Islam bukanlah semata
syiar-syiar ibadah ritual, melainkan merupakan dîn sempurna: akidah, syariat,
hukum, politik, dan risalah ke seluruh dunia. Berkaitan dengan hal ini Allah
SWT berfirman:
Hari ini, telah Aku sempurnakan bagi kalian dîn kalian, dan telah
Aku cukupkan atas kalian nikmat-Ku, dan Aku meridhai bagi kalian Islam sebagai
dîn kalian. (QS. al-Mâidah
[5]: 3).
Kaum muslim juga telah sadar akan kewajiban menegakan Khilafah
yang menerapkan Islam secara total. Demikian pula, kaum muslim sekarang telah
sadar bahwa Barat kafir membuat tipu daya terhadap Islam serta hendak
memadamkan cahayanya. Namun, rugilah Barat dan seluruh kekufuran, Allah SWT
berfirman:
Mereka berkehendak memadamkan cahaya (agama) Allah dengan mulut
mereka, dan Allah tidak menghendaki selain menyempurnakan cahaya-Nya, walaupun
orang-orang kafir tidak menyukai. Dialah yang telah mengutus Rasul-Nya (dengan
membawa) petunjuk (Al-Qur’an) dan agama yang benar untuk dimenangkan-Nya atas
segala dîn (agama dan ideologi), walaupun orang-orang musyrik tidak menyukai. (Qs.
at-Taubah [9]: 32-33).
Sebaliknya, jauhnya kaum muslim dari Islam dan hukum-hukumnya,
itulah penyebab hakiki kelemahan mereka, ketertinggalan dan kenestapaannya.
Firman Allah:
Dan barangsiapa berpaling dari peringatan-Ku, maka sesungguhnya
baginya penghidupan yang sempit, dan Kami akan menghimpunkannya pada hari
kiamat dalam keadaan buta.
(Qs. Tha’ha [20]: 124).
Hari ini, telah Aku sempurnakan bagi kalian dîn kalian, dan telah
Aku cukupkan atas kalian nikmat-Ku, dan Aku meridhai bagi kalian Islam sebagai
dîn kalian. (QS. al-Mâidah
[5]: 3).
0 Response to "MARHABAN YAA RAMADHAN...Ramadhan, Bulan Penuh Berkah"
Post a Comment